Manfaat Ramadhan untuk Menyehatkan Jasmani dan Rohani |
Manfaat Ramadhan untuk Menyehatkan Jasmani dan Rohani
Sebagai hamba
Allah SWT yang telah berikrar, sebenarnya apa pun perintah-Nya, kita tidak
perlu dan tidak pantas bertanya-tanya mengapa, untuk apa?. Hamba yang baik
justru senantiasa ber-husnuzhzhan, berbaik sangka kepada-Nya. Allah SWT
memerintahkan atau melarang sesuatu, pastilah untuk kepentingan kita.
Karena Allah
SWT Maha Kaya, tidak memiliki kepentingan apa pun. Ia mulia bukan karena
dimuliakan; agung bukan karena diagungkan; berwibawa bukan karena ditunduki.
Sejak semula Ia sudah Maha Mulia, sudah Maha Agung, sudah Maha Kaya, sudah Maha
Berwibawa. Kalau kemudian Ia menjelaskan pentingnya melaksanakan perintah-Nya
atau menjauhi larangan-Nya, semata-mata karena Ia tahu watak kita yang suka
mempertanyakan, yang selalu menonjolkan kepentingan sendiri.
Maka, sebelum kita mempertanyakan mengapa kita diperintahkan berpuasa,
misalnya, Allah SWT telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
(Q.2.Al-Baqarah:183)
"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian
bertakwa."
Jadi, puasa
yang diwajibkan sejak dulu kepada kaum sebelum kita, bertujuan utama: agar kita
manusia ini bertakwa. Taqwa adalah kondisi puncak hamba Allah. Hamba mukmin di
dunia ini, dalam proses menuju ketakwaan kepada Allah SWT. Karena semua
kebaikan hamba di dunia dan kebahagiaannya di akhirat, kuncinya adalah
ketakwaan kepada-Nya. Mulai dari pujian Allah SWT, dukungan dan
pertolongan-Nya, penjagaan-Nya, pengampunan-Nya, cinta-Nya, limpahan
rejeki-Nya, pematutan amal dan penerimaan-Nya terhadapnya; hingga kebahagiaan
abadi di sorga, ketakwaanlah kuncinya. (Baca misalnya, Q.3: 76, 120, 133, 186;
Q.5:27; Q. 16: 128; Q. 19: 72; Q. 39: 61;Q.65:2-3;Q.33:70-71;Q.49:13).
Itu garis
besarnya. Apabila kebahagiaan yang dicari manusia, itulah kuncinya. Kunci dari
Sang Pencipta manusia dan kebahagiaan itu sendiri. Seringkali, manusia merasa
mengerti dan tahu jalan menuju kebahagiaan. Mengabaikan tuntunan Tuhannya.
Ternyata tersesat. Akhirnya, kebahagiaan yang dicari, kesengsaraan yang
didapat. Di zaman modern ini misalnya, banyak orang menganggap kebahagiaan bisa
didapat dari materi dan orang pun berlomba-lomba mengejar materi. Seringkali,
sampai “kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki”. Ujung-ujungnya, karena
materi ternyata tidak kunjung memberi kebahagiaan, mereka pun lari kepada yang
lebih mudarat lagi: mengonsumsi obat-obatan. Narkoba.
Untunglah,
Allah menyediakan satu bulan, bulan suci, dimana kita diberi kesempatan untuk
melakukan muhasabah yang lebih intens. Kita diberi anugerah luar biasa yang
namanya puasa. Di bulan Ramadan di mana kita berpuasa, ritme dan gaya hidup
kita berubah. Jadwal makan pun berubah dengan satu kelebihan: kita memenuhinya
dengan teratur. Maka, banyak kalangan ahli yang kemudian mengaitkan puasa
dengan kesehatan, merujuk sabda Nabi kita, “Shuumuu tashihhuu”, (Berpuasalah
kalian, maka kalian akan sehat).
Dengan berpuasa, tidak hanya makan-minum kita menjadi teratur; malah para ahli
mengatakan bahwa puasa dapat membersihkan dari tubuh kita, unsur-unsur buruk
yang membuatkitasakit.
Jadi, puasa
bulan Ramadan, bukan saja dianugerahkan Allah bagi kepentingan ruhaniah, tapi
juga jasmaniah kita. Atau dengan kata lain, Allah menganugerahkan kepada kita
puasa sebagai sarana menyempurnakan diri. Jasmaniah dan ruhaniah. Kalau
ungkapan “Al-‘aqlus saliim fil jismis saliim” menyiratkan pentingnya menjaga
kesehatan jasmani agar akal menjadi sehat, maka puasa justru memberi peluang kepada
kita untuk sekaligus meraihkeduanya.
Dengan puasa,
hamba Allah digembleng untuk menjadi manusia yang benar-benar sehat luar dalam
yang selalu mengingat Sang Penciptanya. Bukan manusia penyakitan yang gampang
lupa kepada Tuhannya. Orang yang lupa Tuhannya, seperti difirmankanNya sendiri
dalam kitab sucinya al-Quran, dibuat lupa kepada dirinya sendiri.(Q. 59: 19).
Mari kita
sikapi bulan Ramadan dengan segala suasana khusyuknya ini dengan
sebaik-baiknya. Berpuasa sesuai aturan dan dengan merenungkan hikmah-hikmahnya.
Kita penuhi saat-saatnya dengan meningkatkan amal ibadah yang tidak hanya
bersifat ritual mahdhah. Dan dalam hal ini, perlu kita waspadai jebakan si
serakah industri, termasuk dan utamanya industri pertelevisian, yang lagi-lagi
memanfaatkan momentum bulan suci untuk mengeruk keuntungan materi dan membedaki
tujuan komersialnya dengan pupur religi. Selamat Beribadah!
Baca :
Post a Comment
Post a Comment